BE MOTIVATOR

Misteri Aceh 1

AROMA memanasnya Pemilukada kian terasa menjelang tahun 2011. Telah muncul beberapa kandidat berniat maju meramaikan bursa Gubernur Aceh. Dinamika pertarungan politik memperebutkan singgasana gubernur tidak mudah, aduh strategi dan kwalitas kandidat menjadi tontonan menarik. Pertanyaan apakah masyarakat Aceh mengetahui sosok pribadi dari orang yang ingin maju jadi gubernur, jangan sampai masyarakat Aceh diibaratkan membeli kucing dalam karung.

Hitungan beberapa bulan lagi Aceh akan memilih lagi kepala daerah baru. Pertarungan kejituan strategi sebagai senjata ampuh. Walhasil, akan menjadi orang yang paling berpengaruh, sekaligus menyandang orang nomor 1 (satu). Dinamika menuju itu kian panas tak terbendungkan lagi. Hasrat dan aura para kandidat makin terasa untuk meraih impian menduduki kursi Gubernur Aceh nantinya. Efeknya gegap gempita pesta demokrasi akan menjadi tontonan dan pembelajaran politik bagi masyarakat Aceh.

Menjadi gubernur Aceh tidak mudah langkah awalnya harus bersaingan secara politik, masing-masing kandidat berusaha untuk memaksimalkan pengaruh mereka dalam menarik perhatian agar memperoleh dukungan suara pada pemilihan nantinya. Persaingan itu secara harfiah wajar terjadi di dalam kehidupan manusia. Kalau Foucault mengatakan bahwa ‘kekuasaan ada dimana-mana’, kita dapat mengatakan bahwa persaingan cara memperoleh kekuasaan.

Menurut Nietszche sudah menjadi kodrat manusia harus bersaingan di setiap level kehidupan. Kemenangan politik bisa di ikut jikalau perolehan yang di peroleh pada Pilkada sangat siginifikan. Tentunya ujung-ujung persaingan yang dinamis, setiap tindakan akan di balas dengan tindakan lain oleh pesaing lain. Firmanzah, “Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan, dan Marketing Politik, hal 39:2010” mengatakan dalam persaingan seolah-olah terdapat hukum universal, yaitu `jangan membiarkan pesaing jalan sendiri’.

Kunci kemenangan terletak pada kegiatan melakukan tindakan monitoring dan menganalisis setiap gerakan dari pesaing kandidat. Jangan diibaratkan lawan sudah makin jauh melangkah kita masih berjalan di tempat. Para kandidat yang bersaing menjadi Gubernur Aceh tidak boleh sekadar reaktif, melainkan harus lebih ditekankan sikap antisipatif. Kunci lainnya tak kalah penting yaitu melakukan kedekatan persuasive dan emaosional dengan para konstituen disertai pembuktian serius akan keberpihakan pada mereka.

Peta Kandidat
Berbicara kandidat dari pantauan saya, muncul beberapa nama maju sebagai Gubernur Aceh 2011-2016. Ada beberapa nama seperti Darni Daud, Irwandi Yusuf, Mawardi Nurdin, Malek Mahmud, Muhammad Nazar, Sulaiman Abda, dan Otto Syamsuddin Ishak.

Pemetaan awal saya menilai Otto mendapatkan dukungan dari kalangan aktivis, sebagian dari orang eks komabatan dan GAM, bahkan tak tanggung-tanggung dukungan beberapa pesantren mengalir ke dirinya. Selain itu modal politik lainnya yaitu memiliki jaringan internasional yang kuat. Ada sebagian kalangan mempertanyakan Otto dari segi kurang terjun ke gelanggang politik. Ketika ditanyakan kendaraan politik yang akan digunakan masih belum jelas, akan tetapi ada beberapa partai melalui utusan bertemu Otto untuk menawarkan dukungan.

Bagaimana dengan Irwandi Yusuf (incumbent), ada hembusan isu mengatakan Partai Aceh tidak mendukung sama sekali Irwandi untuk kembali duduk sebagai Gubernur Aceh. Tapi harus diacungkan jempol Irwandi Yusuf telah memberikan kontribusi positif bagi Aceh untuk hal-hal di luar mendorong kesejahteraan rakyat.

Di sisi lain besar kemungkinan Malek Mahmud bakal menjadi kandidat berikutnya gubernur diusung Partai Aceh. Peluang ini bisa terlihat, ketika Malek Mahmud mengajukan dirinya menjadi warga negara Indonesia. Bagi penulis dua kemungkinan menjadi Wali Nanggroe atau dicalonkan jadi Gubernur Aceh. Tetapi yang Pasti Partai Aceh belum memutuskan sikap resmi siapa yang dijadikan calonnya.

Muhammad Nazar dari pemberitaan di media massa maupun arah gerakan- gerakan politiknya berambisi untuk menjadi gubernur, meskipun Partai SIRA tidak bisa mengajukan calon gubernur. Ditambah lagi M. Nazar di media massa sering melakukan kunjungan ke pesantren di Aceh. Apakah ini kunjungan memperoleh dukungan politik?

Kandidat berpotensi maju berikutnya yaitu Mawardi Nurdin. Dirinya saat ini menjabat sebagai Ketua Demokrat Provinsi Aceh. Pada posisi jabatan itu tentunya tidak menutup kemungkinan maju meramaikan bursa kandidat gubernur berikutnya.

Ada juga isu berkembang bahwa Darmi Daud, Rektor Universitas Syiah Kuala berminat maju pada bursa pencalonan gubernur mendatang. Modal politiknya memiliki jaringan internasional yang kuat serta memiliki jiwa kepempinan yang baik. Tapi minim berpolitik praktis. Terakhir sosok yang berpeluang yaitu Sulaiman Abda, saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpin Wilayah (DPW) Golkar Aceh, memiliki kekuatan politik di parlemen berjumlah 8 suara di DPRA. Apalagi menjabat sebagai Wakil Ketua DPRA.

Syarat Gubernur
Agar tidak mengulang kesalahan memilih gubernur mendatang. Untuk itu perlu dipertegas lagi syarat menjadi Gubernur Aceh mendatang. Syarat utama yang harus dimiliki yaitu adanya mindset proyeksi jelas membangun Aceh, berpendidikan minimal sarjana, sehat jasmani, dan memiliki akhlak yang baik. Tak kalah penting Gubernur Aceh harus mampu menghadapi masalah yang muncul di perjalanan, ketika sudah memimpin Aceh. Pendekatan menyelesaikan masalah dengan memperhatikan aspek kebijaksaan dan keadilan. Masalah itu mencakup korupsi yang marak di Aceh, kesehatan, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dan aneka permasalahan lainnya.

Kendaraan Politik
Berbicara kendaraan politik semua kandidat belum ada kejelasan. Saat ini partai yang bisa mangajukan kandidat hanya Partai Aceh, Golkar, Demokrat, dan Partai gabungan (koalisi). Perebutan dukungan dari partai politik menjadi karcis masuk pada Pemilukada 2011 nantinya. Tetapi, bilamana calon independen kembali disahkan oleh Mahkamah Konstitusi maka akan menambah lagi deretan kandidat yang berkeinginan maju menjadi Gubernur Aceh. Hitung-hitungan politik akan dimainkan oleh para kandidat. Ada idiom menyatakan setoran mempengaruhi dukungan partai, semakin banyak setoran ke partai semakin besar peluang. Jadi bila hal itu diterapkan, maka partai tidak menilai pada aspek kualitas secara holistik calon yang diusung.

Diumpamakan calon tidak memiliki kualitas, tapi kuat di sumber dana selanjutnya partai mengusungnya. Kalau ditanyakan kebenaran arah dukungan partai kepada salah satu kandidat tidak bisa di prediksikan sekarang. Alasannya politik tidak berjalan statis, tapi sangat berpengaruh pada kepentingan yang sejalan dan selaras.

Terpenting yang harus dilakukan masing-masing pihak yang berkompetesi perlu diperlakukan secara adil dan memiliki akses yang sama untuk memilih dan di pilih, jangan sampai diantara kandidat tidak memiliki etika berdemokrasi santun. Santun dalam pengertian tidak melakukan intimidasi partai politik , saling mendukung nilai-nilai berdemokratis di Aceh. Sehingga akan sirna seiring keegoisan para kandidat Gubernur Aceh. Mari tunjukan bahwa demokrasi mencerminkan politik yang baik